Toolbar Pencarian

Rabu, 30 Mei 2018

SANTRI MILENIAL DALAM PUSARAN IDENTITAS DAN IDEALISME KAUM MILENIAL

sejak tahun 2014 masehi, istilah milenial mulai banyak diperbincangkan oleh khalayak. Siapakah milenial itu?
banyak pendapat dari ahli yang mendifinisikan milenial, namun definisi yang paling banyak digunakan, milenial merujuk kepada mereka yang saat ini berusia 18-38 tahun atau lahir antara 1980-2000an. ada pula yang menyebut rentang usia antara 17-29 tahun. batas usia yang kedua tersebut sering di gunakan pada konteks politik dan pemilu untuk mengetahuhi voting dan behaviour (perilaku  pemilih).

pada kelompok demografis (cohort) milenial disebut juga generasi Y, adik mereka adalah generasi Z, dan kakak mereka dikenal dengan generasi X, generasi pendahuluanya jamak disebut dengan istilah baby boomers. para peneliti sosial mengidentifikas bahwa setiap generasi cenderung memiliki ciri dan perilaku yang berbeda. tidak jarang, perbedaan pola komunikasi dan pemahaman antara generasi tersebut menyebabkan ''konflik''.

para milenial ini mempunyai ciri unik tersendiri dibanding dengan generasi lainya. hasil studi pew research pada tahun 2010 dengan judul milennials:A portraitof generation nex menjelaskan bahwa generasi ini tidak bisa dilepaskan dari teknologi informasi terutama internet bahkan internainment/ hiburan seperti film, musik, pertunjukan seni dll sudah menjadi semacam kehidupan pokok bagi generasi ini.

hal yang sama juga terjadi di indonesia, hal surve yang dilakukan alvara research center tahun 2014 menunjukan generasi yang lebih muda, 15-24 tahun lebih menyukai topik pembicaraan yang terkait musik\film, olahraga, dan teknologi. sementara generasi yang berusia 25-34 tahun lebih variatif dalam menyukai topik yang mereka perbincangkan, termasuk di dalamnya sosial politik, ekonomi dan keagamaan. konsumsi internet penduduk kelompok usia 15-34 tahun juga jauh lebih tinggi dibanding dengan kelompok penduduk yang usianya lebih tua. hal ini menunjukkan ketergantungan mereka terhadap koneksi internet sangat tinggi.

hasil penelitian yang lain menyebutkan bahwa beberapa ciri-ciri millenia pada umumnya adalah; lebih terbuka dalm menerima pemikiran-pemikiran baru, cenderung bisa menerima perubahan-perubahan baru, fasih dalam menggunakan teknologi informasi, lebih antusias ketika merasa dilibatkan dalam suatu hal, cenderung lebih mempercayai taman dibandingka keluarga\generasi atasnya.

berdasarkan pembagian cohort demografi, bisa jadi hari ini yang jadi santri bukan lagi generasi millenial namun sudah mulai memasuki generasi Z. sikap dan pola nya cenderung berbeda dengan generasi millenial.

TANTANGAN SANTRI MILLENIAL

bagi santri, hidup dalam era perkembangan teknologi seperti sekarang ini menjadikan tentang tersendiri. pada satu sisi, santridituntut untuk tidak tetap berpegang teguh pada tradisi pesantren, namun sisi lain, penggunaan teknologi informasi sepertinya tidak mungkin tidak untuk dihindari.teknologi informasi ditangan generasi millenial menghasilkan inovasi sosial yang tidak terbayangkan sebelumya. beberapa diantaranya yang paling mencolok adalah; tumbuhnya start up bak  jamur di musim hujan, fenomena social influencer atau lebih dikenal dengan artis medsos di semua platform sosial media, perkembangan indrusti digital dan pada level yang lebih advance ada isu penguasaan/ pengelola big data.

setiap perkembangan sosial selalu saja membawa dampak lanjutan, dampak positif dan negatif. melalui perkembangan di atas kita semakin dipermudah dalam kehidupan sehari-hari, seperti; keberadaan gojek, aplikasi keseharian, kemudahan akses informasi dan sebagainya. namun tantangan bagi kita kaum santri menjadi semakin berat, teknologi informasi menyediakan berbagai macam dinikmati dimana saja, kapan saja dan bahkan oleh siapa saja. hal tersebut merupakan tantangan yang berat bagi seorang santri. bagaimana cara agar tetap memegang teguh idealisme santri namun juga tidak ketinggalan teknologi informasi?
terkait dengan masalah ini, kita bisa berpegang teguh pada dua aqidah yang sering di ajarkan oleh para guru kepada kita, al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah dan khudz maa shafa wa da'ma kadar. sebagai santri yang hidup di era perkembangan teknologi informasi, kita mesti ambil bagian dalam perkembangan ini. jangan sampai kita hanya menjadi target konsumen teknologi informasi atau bahkan menjadi korban.

inovasi, kreatifitas , pemikiran yang out of thr bok dan tidak lelah untuk belajar adal modul utama menghadapi perkembangan teknologi informasi. santri apa bila mau kreatif dapat memanfaatka platform media sosial sebagai ladang dakwah keislaman. sementara ini, ladang dakwah keislamaan kebanyakan diisi oleh mereka yang berpandangan islam puritan. sehingga, pemikiran islam ala pesantren yang damai, sejuk dan sarat akan kearifan seperti tenggelam dalam arus teknologi. meskipun telah ada inovasi dari beberapa pesantren/ santri namun dirasa masih kurang dalam membendung paham-paham lain yang juga di masifkan melalui media sosial.

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh santri millenial, harus mengikuti arus namun jangan terbawa arus. harus mengikuti pola perkembangan zaman namun tetap tidak tidak meninggalkan idealisme sebagai santri yang tawadhu'. tidak mudah kagum terhadap sesuatu yang tampak wah namun tetap harus membuka diri pada perubahan.
sebagai millenial hampir mustahil kita menafikan penggunaan teknologi informasi. namun, juga hanya berhenti sebagai user, kita harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin perkembangan teknologi tersebut.