Toolbar Pencarian

Rabu, 22 November 2017

SEJARAH HURUF PEGON JAWA


 Sejarah perkembangan Islam di wilayah indonesia tidak bisa dilepaskan dari tulisan. Terlebih lagi tulisan Arab versi pegon yang merupakan sarana untuk mentransfer ilmu Agama dengan perantara dunia tulis-menulis.Hasil gambar untuk huruf pegon
Dengan adanya tulisan arab pegon, ilmu akan lebih terjaga dari perubahan & Penyimpangan. Bukti bahwa tulisan itu sebuah hal yang sangat penting adalah banyak Ulama’ nusantara yang membuat sebuah Karya, seperti suluk sunan bonang (head book van bonang) yang dipercaya sebagai karya sunan bonang, hikayat hang tuah, hikayat raja-raja Pasai, Risalah tasawuf hamzah fansuri, karya kyai Rifa’i kalisasak, karya kyai Shaleh darat, Dll. Karya-karya ulama’ nusantara ini kebanyakan ditulis dengan Aksara arab pegon, baik karya asli ataupun hasil dari terjemahan dari kitab-Kitab yang berliteratul Arab.
       Huruf pegon berasal dari Lafal Jawa pego, yang mempunyai arti ‘menyimpang’. Hal ini dikarenakan memang huruf pegon jawa ini menyimpang dari Bentuk literatur arab dan menyimpang juga dari Literatur Jawa. Bagi yang pernah Me-nyantri tentu paham dengan huruf jawa pegon. Huruf-huruf pegon ini bisa juga dikatakan sebagai sebuah aksara yang ‘nyeleneh’ karena susunan atau tatanannya yang agak berbeda dengan Bahasa Aslinya (arab bukan, jawa pun juga bukan).
Arab pegon ini disebut pula arab pego atau arab jawi, yaitu tulisan yang menggunakan huruf arab atau huruf Hijaiyah, akan tetapi dalam praktik bahasanya, biasanya menggunakan bahasa Jawa atau bahasa daerah lainnya yang sesuai dengan selera orang yang ingin menggunakannya/Menulisnya. Di suatu daerah, arab pegon juga disebut dengan ‘Arab Melayu’. Hal ini dikarenakan karena menggunakan bahasa melayu atau bahasa Indonesia ; atau bahasa lokal daerah lain yang ditulis dengan huruf Arab.
           Penamaan huruf Pegon sangatlah banyak. Di Negara malaysia dinamakan huruf jawi. Sedangkan di kalangan pesantren dinamai huruf arab pegon. Akan tetapi, untuk kalangan yang lebih luas, huruf arab pegon dikenal dengan istilah huruf arab melayu karena ternyata huruf huruf arab ber-bahasa Indonesia ini telah digunakan secara luas di kawasan melayu mulai dari Daerah Trengganu (Malaysia), Aceh, Riau, Sumatera dan jawa (Indonesia), Brunei, hingga negara thailand bagian selatan. Maka Tidak mengherankan, jika kita membeli suatu produk-produk makanan di kawasan wilayah melayu (Malaysia, indonesia, Thailand selatan, brunei) Dapat dipastikan terdapat terdapat tulisan arab pegon di Kemasannya walaupun dengan bahasa yang berbeda. Bahasa tersebut disesuaikan dengan tempat atau Negara yang mengeluarkan atau memproduksi produk-produk tersebut.
       Huruf arab pegon ini mempunyai keunikan tersendiri. Jika dilihat dari kejauhan, tulisan arab Pegon seperti tulisan arab pada biasanya. Namun, kalau dicermati dari sebenarnya, bahwa susunannya Atau rangkaian huruf-hurufnya bukan susunan bahasa arab. Orang arab Asli tidak akan bisa membaca tulisan arab pegon (modifikasi). Seandainya mereka bisa membaca huruf arab pegon, niscaya mungkin tidak sejelas dengan bacaan orang Jawa atau melayu asli.

Mengenai siapa yang menemukan huruf Arab pegon, ada beberapa pendapat. Menurut suatu catatan, huruf arab pegon muncul sekitar tahun 1400 Masehi yang digagas oleh RM. Rahmat atau yang lebih dikenal dengan sebutan sunan ampel di Pondok pesantren ampel dentha Surabaya. Sedangkan menurut pendapat lain, penggagas Huruf Arab Pegon itu adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan gunung jati Cirebon. Ada juga yang mengatakan bahwa huruf arab pegon juga ditemukan oleh Imam Al-bantani.
Huruf arab pegon Kini tidak lagi dikenal oleh masyarakat Islam secara luas. Padahal, menurut Sejarahnya, Bahwa huruf arab pegon telah digunakan secara Luas oleh para penyair agama islam, ulama’, penyair, pedagang, sastrawan, hingga Politikus di kawasan daerah melayu. Peran penjajah juga mempunyai pengaruh dalam menggrogoti berkurangnya pemahaman tentang huruf arab pegon. Sebab, pada masa penjajahan dalam pemerintahannya, tulisan yang digunakan untuk urusan negara adalah dengan menggunakan huruf Latin seperti saat ini. Sedangkan huruf Arab pegon terisolir di dunia Pondok pesantren. Keadaan ini berbeda dengan sebelum penjajah menginjakkan kakinya di Wilayah Nusantara.
      Kongres bahasa yang diadakan di Singapura pada tahun 1950-an juga telah mem-perkuat kedudukan huruf Romawi. Salah satu keputusan dalam kongres tersebut adalah menghasilkan pembentukan Dewan bahasa dan pustaka malaysia yang mempelopori dan mengompori penggunaan huruf abjad Romawi. Saat itulah, hampir semua penerbit koran, majalah, dan buku dengan terpaksa mengganti Huruf Aksara Arab pegon dengan huruf romawi.
Pada tahun 2007 masehi, telah diselenggarakan Kongres Ijtima ulama nusantara ke-2 di Malaysia. Dalam kesempatan ini, ada Ulama’ asal Indonesia (K.H. Maimeon Zubair) telah menyampaikan betapa kelestarian tradisi Salaf dalam tahap kritis. Beberapa ajakan salaf mulai terlupakan, salah satunya adalah Arab Pegon. Di tengah Masyarakat, arab pegon mulai ditinggalkan secara perlahan.
KH. Maimeon Zubair dalam beberapa kesempatan tak henti-hentinya memotivasi beberapa pihak untuk senantiasa mentradisikan salaf, termasuk menghidupkan kembali Aksara Arab pegon sebagai ikon salaf yang perlu dilestarikan.

Jika tradisi arab pegon ini terlupakan, maka orang islam di indonesia ini telah lupa akan sejarah masuknya Islam di bumi Nusantara ini. Oleh karena itu, marilah kita menggali dan melestarikan Arab pegon agar tidak hilang ditelan bumi. Banyak sekali ilmu-ilmu dari para Ulama’ atau kiyai sepuh terdahulu yang bertuliskan Dengan Aksara huruf Arab Pegon.

Baca Juga: Tips Membaca Kitab-kitab gundul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah yang Bijak & Sopan Santun !